Ads block

Banner 728x90px

PENETAPAN KADAR VITAMIN C


   

PERCOBAAN V

PENETAPAN KADAR VITAMIN C

 

I.    TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan kandungan kadar vitamin C dalam sampel minumnan menggunakan KCKT.

II.  TINJAUAN PUSTAKA

Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal (Khopkar, 2002)

Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh. Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan (Mulyono, 2006)

Fungsi vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi enzimatik, Regenerasi Kulit, Penglihatan, sistem Susunan Syaraf, pembekuan Darah Contoh Vitamin adalah :

1.      Vitamin A (retinol), biasanya terdapat dalam makanan berwarna kuning-orange, berdaun hijau gelap dan dalam bentuk retinol pada makanan yang berasal dari hewan. Wortel, mangga, labu, pepaya, bayam, brokoli, selada air, kuning telur, susu dan hati adalah makanan yang kaya vitamin A. Vitamin A berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan jaringan epitel, meningkatkan kekebalan, dan memerangi radikal bebas (antioksidan). Kekurangan vitamin A adalah penyebab utama kebutaan pada anak-anak di banyak negara berkembang.

2.      Vitamin D (kalsiferol), Biasanya terdapat dalam Ikan berlemak seperti sarden, mackerel, tuna, telur, makanan yang diperkaya seperti margarin dan sereal adalah sumber vitamin D. Vitamin ini sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang karena mengontrol penyerapan kalsium dan fosfor yang penting untuk metabolisme tulang. Vitamin D mempunyai kekurangan pada anak-anak akan menyebabkan penyakit rakhitis, dan pada orang dewasa menyebabkan osteomalasia, kondisi di mana tulang menjadi lemah dan lunak. Vitamin D dapat diproduksi tubuh saat kulit menerima ultraviolet dari sinar matahari. Kekurangan vitamin D dapat terjadi pada mereka yang memiliki diet rendah vitamin D atau jarang terkena sinar matahari. Dosis besar vitamin dapat menyebabkan kelebihan kalsium, terutama pada anak-anak, yang mengganggu pembentukan tulang. Namun, hal tersebut sangat jarang terjadi. Tidak ada rekomendasi mengenai diet vitamin D untuk orang dewasa yang hidup normal dan cukup terpapar sinar matahari.

3.      Vitamin E (tokoferol), biasanya terdapat dalam minyak wijen, kacang kedelai, beras, jagung dan biji bunga matahari, kuning telur, kacang-kacangan dan sayuran. Vitamin ini adalah antioksidan penting yang mencegah penuaan dini sel-sel, merangsang sistem kekebalan tubuh, mengurangi risiko katarak, melindungi dari penyakit jantung, mencegah penyakit kanker dan menjaga kesehatan kulit. Kekurangan vitamin E pada manusia jarang terjadi, kecuali pada bayi prematur dan mereka yang memiliki masalah pencernaan.

4.      Vitamin K biasa nya terdapat dalam selada, kubis, kembang kol, bayam, kangkung, susu, dan sayuran berdaun hijau tua adalah sumber terbaik vitamin ini. Vitamin K terlibat dalam pembekuan darah dan kekurangannya dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan kesulitan dalam penyembuhan. Kekurangan vitamin ini jarang terjadi, kecuali pada bayi baru lahir dan mereka yang memiliki masalah penyerapan atau metabolisme vitamin, seperti penderita penyakit hati kronis.

5.      Vitamin C (asam askorbat), biasanya terdapat dalam buah jeruk, kiwi, melon, jambu biji, sirsak, mangga, stroberi, pepaya, tomat, kubis dan cabai. Vitamin ini sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan, membantu proses penyembuhan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh (membantu mencegah flu), merangsang sintesis kolagen, menjaga elastisitas kulit, dan menjaga kesehatan tulang, gigi, otot dan tendon. Vitamin C juga berperan sebagai antioksidan dan membantu penyerapan zat besi di usus. Kekurangan vitamin C dapat menyebabkan sariawan, mimisan, anemia, dan nyeri sendi. Namun, kekurangan vitamin C lebih jarang terjadi dibandingkan kekurangan beberapa jenis vitamin B.  Penderita penyakit kanker dan masalah pencernaan atau mereka yang mendapatkan infus lebih mudah terkena kekurangan vitamin C. Karena mudah rusak oleh panas dan cahaya, makanan bervitamin C harus disimpan di tempat sejuk dan teduh. Konsumsi vitamin C terlalu banyak dapat membahayakan karena menyebabkan diare dan batu ginjal. Karena vitamin C membantu penyerapan zat besi, dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan kelebihan zat besi (Winarno, 2000).

6.      Vitamin B1 (tiamin), biasanya terdapat dalam biji-bijian, jeroan, kacang polong, kacang tanah, kuning telur, beras merah, semua jenis daging, kentang, kubis, kacang hijau, pisang, dan pepaya. Vitamin ini melindungi sistem saraf, merangsang nafsu makan dan berperan dalam fungsi otot dan jantung. Tiamin juga membantu pengolahan karbohidrat, lemak dan alkohol. Kekurangan vitamin B1 menyebabkan penyakit yang disebut beri-beri, di mana penderita tidak dapat memproses karbohidrat dan lemak dengan baik dan mengembangkan berbagai gejala termasuk masalah jantung, saraf, peradangan nyeri sendi dan kurangnya nafsu makan.

7.      Vitamin B2 (riboflavin) biasanya terdapat dalam kubis, susu, keju, kacang polong, telur, beras, wortel, ubi jalar, singkong, tomat, kacang, alpukat, nanas, pepaya, jambu biji, dan mangga. Vitamin ini membantu pencernaan protein, karbohidrat dan lemak dan melindungi kulit dan mata. Kekurangan vitamin B2 dapat menyebabkan penyakit kulit, kesulitan mencerna makanan dan mata merah (Yuliarti, 2007).

8.      Vitamin B6 (piridoksin), biasanya terdapat dalam Pisang, alpukat, jeruk, tomat, apel, ayam, ikan, daging, telur, jeroan, kacang tanah dan kedelai adalah sumber vitamin B6 yang penting untuk metabolisme karbohidrat dan asam amino non-esensial. Bakteri pencernaan memproduksi vitamin ini dan sebagian diserap melalui dinding usus. Kekurangan vitamin ini menyebabkan masalah kulit seperti dermatitis seboroik di sekitar mata, hidung dan mulut.

9.      Vitamin B12 (sianokobalamin), biasanya Vitamin terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan (susu, hati, ginjal, otot dan ikan). Vitamin ini berperan dalam fungsi sel, terutama pada sumsum tulang, saluran pencernaan dan sistem saraf, dan dalam produksi sel darah merah. Kekurangan vitamin B12 menyebabkan anemia, glossitis dan gangguan pencernaan (Cahyadi, 2008)

Vitamin beberapa  ada contoh yang tidak biasa disentesis secara langsung oleh tubuh contohnya Vitamin C sehingga diperlukan vitamin C dari luar tubuh. Vitamin C sering terdapat bersama dengan zat-zat atau vitamin-vitamin lainnya di dalam makanan. Bahan makanan yang mengandung vitamin C paling utama adalah buah-buahan dan sayuran. Salah satu diantaranya adalah jambu biji (Psadium Guajava). Umumnya, buah jambu biji berbentuk bulat, agak bulat sampai sedikit lonjong. Buah yang diduga berasal dari Meksiko Selatan ini mempunyai kulit yang tipis sehingga  bisa dimakan tanpa dikupas.Vitamin C yang terdapat di buah jambu biji  sebanyak dua kali lipat lebih besar dari Vitamin C yang terdapat di buah jeruk. Selain itu jambu biji bisa dimanfaatkan sebagai penurun  kolesterol dan tekanan darah. Bahkan resiko terkena penyakit jantung turun menjadi 16% (Masfufatun Et al, 20l0).

Vitamin C dalam kebutuhan setiap hari untuk manusia tergantung  pada umur,yaitu 30 mg untuk bayi yang berumur kurang dari satu tahun. 35 mg untuk bayi berumur 1-3 tahun, 50 mg untuk anak-anak berumur 4-6 tahun, 60 mg untuk anak-anak berumur 7-12 tahun, 100 mg untuk wanita hamil dan 150 mg untuk wanita menyusui. Jambu biji memiliki kulit yang tipis dan tidak dapat disimpan dalam waktu agak lama. Sehingga mudah mengalami kerusakan atau pembusukan yang disebabkan oleh faktor biologi misalnya bakteri, serangga dan jamur. Kerusakan jambu biji dapat menyebabkan turunnya gizi yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian perlu diperhitungkan adanya zat-zat yang mudah rusak, seperti Vitamin C. Vitamin C dalam pangan paling tidak stabil dibandingkan dengan zat-zat atau vitamin-vitamin lainnya. Vitamin C  mudah teroksidasi jika terkena udara dan proses ini dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksaidator, serta katalis tembaga (Cu) dan besi (Fe)Hal-hal tersebut menimbulkaan masalah apakah ada pengaruh suhu dan waktu penyimpanan terhadap kadar vitamin C dalam jambu biji. Untuk itu perlu dibuktikan dengan suatu penelitian tentang penentuan kadar vitamin C dalam buah jambu biji yang disimpan dalam jangka waktu tertentu dan pada suhu yang berbeda (Masfufatun Et al, 20l0).

Vitamin C pada analisis untuk mengetahui pengaruh cara ekstraksi terhadap kadar vitamin C sirup rosella maka data kadar vitamin C sample dianalisis statistik dengan uji T-test dengan a = 0,05 didapatkan hasil yaitu ada pengaruh cara ekstraksi pada pembuatan sirup rosella terhadap kadar vitamin C sirup rosella karena p-value adalah 0,00. adanya pengaruh cara ekstraksi terhadap kadar vitamin C disebabkan karena pada proses ekstraksi tanpa pemanasan dimungkinkan vitamin C yang terdapat pada kelopak bunga rosella tidak seluruhnya larut dan sebagian masih tertinggal pada ampasnya sesuai dengan penelitian Marta. Vitamin yang terdapat dalam bahan akan lebih mudah larut dengan pemanasan, tanpa pemanasan sebagian dari vitamin masih tertinggal dalam ampas. Kandungan vitamin C yang sedikit kemudian dilakukan pemanasan maka kadar vitamin C yang dihasilkan akan semakin kecil (Mukaromah, 2010).

 

III.    ALAT DAN BAHAN

3.1   Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi peralatan HPLC shimadzu, detektor Uv, kolom C-18, panjang gelombang 254 nm, fase gerak  0,05 M KH2PO4 (pH = 2,65) dan acetronitrile dengan perbandingan 60 : 40 (v/v), laju alir 1 mL/menit (kondisi kolom, panjang gelombang dan fase gerak yang digunakan tetap), gelas kimia 500 mL, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 500 mL, labu ukur 50 mL, labu ukur 10 mL, botol vial, kaca arloji, spatula, batang pengaduk, pipet volumetric 5 mL, pipet volumetrik 4 mL, pipet volumetrik 3 mL,  pipet volumetrik 2 mL, pipet volumetrik 1 mL, botol semprot, bola karet, neraca analitis, pH meter, syringe dengan PTFE 20 µm.

3.2   Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi asam askorbat 20 mg, aquabides, KH2PO4 3,4 gram, Acetronitril 200 mL, H3PO4  pekat, dan methanol.

 

IV.    PROSUDER KERJA

         4.1  Pembuatan Fase Gerak

1.   KH2PO4 ditimbang sebanyak 3,4 gram

2.   Aquabides 500 mL digunakan sebagai pelarut

3.   H3PO4 pekat didegassing dan diajdust sampai pH mencapai 2,65

4.   300 mL KH2PO4 pH 2,65 diambil 300 mL dan tuangkan ke labu ukur 500 mL

5.   Acetonitril 200 mL ditambahkan

6.   Larutan dihomogenkan dan didegassing

         4.2  Pembuatan Larutan Standar 400 ppm

1.   Vitamin C ditimbang masing-masing 20 mg

2.   Vitamin C dicampurkan ke dalam gelas kimia dan di larutkan dengan fase gerak secukupnya

3.   Larutan  dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan fase gerak sampai tanda batas

         4.3  Pembuatan Kurva Kalibrasi

1.   Larutan dipipet masing-masing 1, 2, 3, 4 dan 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

2.   Larutan diencerkan dengan fase gerak hingga tanda batas

3.   Larutan dihomogenkan

4.   Larutan disaring dengan PTFE (Poli tetra fluoro etilen) 0,2 µm dan dimasukkan ke dalam botol vial, dan didegessing selama 5 menit

5.   Larutan standar diinjeksikan dengan berbagai konsentrasi tersebut menggunakan syringe ke dalam kolom sebanyak 20 µL

         4.4  Pengujian Sampel Minuman

1.   Sampel dipipet 4 mL

2.   Sampel dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL

3.   Fase gerak ditambahkan hingga tanda batas

4.   Larutan masing-masing disaring dengan menggunakan PTEE (poli tetra fluoro etilen) 0,2 µm dan dimasukkan ke dalam botol vial

5.   Larutan didegessing selama 5 menit

6.   Larutan standar diinjeksikan dengan berbagai konsentrasi tersebut menggunakan syringe ke dalam kolom sebanyak 20 µL

 

 

 

 

 

 

 

V.  HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Tabel 1. Hubungan antara konsentrasi larutan baku dengan luas area

No.

Konsentrasi Larutan Baku

Waktu Retensi

Luas Area

(mAU)

1.

40 ppm

2,147 menit

1611924

2.

80 ppm

2,142 menit

2949963

3.

120 ppm

2,150 menit

5238707

4.

160 ppm

2,143 menit

5483308

5.

200 ppm

2,148 menit

6193021

 

Tabel 2. Luas area dari masing-masing sampel

No

Nama Sampel

Waktu Retensi

Luas Area (mAU)

1.

Pulpy Orange

2,183 menit

10739321

2.

C 1000

2,145 menit

35149084

 

Grafik 1. Kurva kalibrasi larutan baku Vitamin C

5.2 Pembahasan

Praktikum kali ini berjudul penetapan kadar vitamin C. Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan kandungan kadar vitamin C dalam sampel minumnan menggunakan KCKT. Cara kerja praktikum ini pertama  membuat fase gerak yaitu dengan menimbang KH2PO4 sebanyak 3,4 gram pada timbangan atau neraca analitik, kemudian dimasukkan kedalam gelas beker 500 mL, kemudian dilatambahkan Aquabides sampai 500 mL untuk melarutkan, setelah itu didegassing dan diajdust dengan H3PO4 pekat sampai pH mencapai 2,65, kemudian diambil 300 mL dan tuangkan ke labu ukur 500 mL dan tambahkan Acetonitril 200 mL dihomogenkan dan didegassing.

Larutan standar 400 ppm dibuat setelah pembuatan fase gerak yaitu dengan menimbang Vitamin C 20 mg, kemudian dicampurkan ke dalam gelas kimia dan di larutkan dengan fase gerak secukupnya, setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL dan ditambahkan fase gerak sampai tanda batas, kemudian pembuatan kurva kalibrasi yaitu dengan larutan standar 400 ppm tadi dipipet masing-masing 1, 2, 3, 4 dan 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL, setelah itu diencerkan dengan fase gerak hingga tanda batas, homogenkan dan disaring dengan PTFE (Poli tetra fluoro etilen) 0,2 µm dan dimasukkan ke dalam botol vial, dan didegessing selama 5 menit dan diinjeksikan dengan berbagai konsentrasi tersebut menggunakan syringe ke dalam kolom HPLC sebanyak 20 µL. Pengujian sampel minuman dilakukan setelah beberapa pengerjaan diatas tadi yaitu dengan sampel yang dipipet 4 mL, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL, ditambahkan fase gerak hingga tanda batas dan disaring dengan menggunakan PTEE (poli tetra fluoro etilen) 0,2 µm dan dimasukkan ke dalam botol vial, didegessing selama 5 menit serta diinjeksikan dengan berbagai konsentrasi tersebut menggunakan syringe ke dalam kolom sebanyak 20 µL.

Prinsip dari HPLC adalah fase gerak (solvent) dari reservoar dipompa dengan tekanan yang tinggi ke dalam injektor. Jika sampel diinjeksikan pada injektor, maka sampel tersebut akan terbawa oleh fase gerak dan masuk ke dalam kolom. Pada kolom akan terjadi pemisahan komponen-komponen contoh berdasarkan distribusinya pada fase diam. Komponen yang sudah terpisah akan mengalir ke detektor dan signal yang dihasilkan dikirim ke integrator. Tetapi terlebih dahulu diinjeksikan yang dapat digunakan sebagai pembanding seperti larutan vitamin C standar. Setelah itu waktu retensi masing-masing komponen dalam sampel diamati pada printer.

Degassing adalah ketika gas yang sudah ada dalam larutan akan dihapus sebelum tangan, itu dikenal sebagai degassing. Kavitasi hanya terjadi sekali gas-gas ini dikeluarkan dari larutan pembersih dan sebagai akibat dari itu, vakum dibuat dalam gelembung yang terbentuk. Gelembung ini crumples sekali dengan adanya gelombang tinggi, melepaskan energi sebagai akibat dari itu. Degasing dari beberapa hal yang perlu diingat sebelum menggunakan pembersihan ultrasonik, anda perlu mempelajari semua variabel secara rinci sebelum membuat perlakuan terakhir. Hal yang paling penting dalam hal ini adalah memilih yang tepat solusi. Selain itu, Anda perlu untuk membuat panggilan yang baik mengenai suhu dan waktu serta ukuran dan jenis pembersih ultrasonik. Degasing atau pemanas ultrasonik memiliki tujuan utama adalah untuk menjaga suhu seimbang antara siklus pembersihan. Degasing yang menghasilkan panas untuk membersihkan dihasilkan oleh sejumlah besar energi yang dilepaskan oleh kavitasi.

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi peralatan HPLC shimadzu yaitu untuk analisis dalam pembacaan wakru retensi dan luas area, detektor Uv untuk mendeteksi sampel dan larutan standar yang diinjeksikan , kolom C-18 sebagai fase diam, fase gerak  0,05 M KH2PO4 (pH = 2,65) dan acetronitrile dengan perbandingan 60 : 40 (v/v) sebagai pembawa zat yang diinjeksikan, gelas kimia 500 mL untuk melarutkan zat atau larutan, gelas ukur 500 mL untuk mengukur larutan, labu ukur 50 mL, 10 mL dan 500 mL untuk melarutkan campuran, botol vial untuk menyimpan larutan, batang pengaduk untuk mengaduk laruta, pipet volumetrik 5 mL untuk memindahkan larutan, neraca analitik untuk menimbang bahan, pH meter untuk mengukur derajat keasaman, syringe dengan PTFE 20 µm untuk meinjeksikan larutan ke injektor HPLC. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi asam askorbat 20 mg sebagai sampel, aquabides sebagai pelarut, KH2PO4 3,4 gram, dan Acetronitril 200 mL untuk membuat fase gerak, H3PO4  pekat untuk mengasamkan fase gerak.

Hasil yang diperoleh dari konsentrasi larutan baku 40 ppm, waktu retensi yang didapatkan 2,147 menit dengan luas area 1611924 mAU. Konsentrasi larutan baku 80 ppm, waktu retensi yang didapatkan 2,142 menit dengan luas area 2949963 mAU. Konsentrasi larutan baku 120 ppm, waktu retensi yang didapatkan 2,150 menit dengan luas area 5238707 mAU. Konsentrasi larutan baku 160 ppm, waktu retensi yang didapatkan 2,143 menit dengan luas area 5483308 mAU. Konsentrasi larutan baku 200 ppm, waktu retensi yang didapatkan 2,148 menit dengan luas area 6193021 mAU. Hasil yang diperoleh dari sampel Pulpy Orange adalah 2,183 menit waktu retensinya dengan luas area 10739321 mAU dan pada sampel C 1000 adalah 2,145  menit waktu retensinya dengan luas area 35149084 mAU.

Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Asam askorbat berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Asam askorbat merupakan antioksidan menakjubkan yang dapat melindungi sel dari stress ekstraselular, dengan melalui peningkatan dari proliferasi sel endotelial, stimulasi sintesis kolagen tipe IV, dari beberapa degradasi oksidasi LDL, menghambat aterosklerosis dan stres intraselular dengan memelihara kadar α-tocopherol pada eritrosit dan neuron, dan melindungi hepatosit dari stress oksidatif akibat paparan alkohol alil. Sifat antioksidan tersebut berasal dari gugus hidroksil dari nomor-nomor C 2 dan ke C 3 yang dapat dilakukan dengan mendonorkan ion H+ bersama-sama dengan elektronnya menuju ke berbagai senyawa-senyawa oksidan seperti radikal bebas yang dapat dengan gugus oksigen atau nitrogen, peroksida dan superoksida. Meskipun demikian, di dalam sitoplasma dengan konsentrasi senyawa Fe yang tinggi, asam askorbat dapat bersifat pro-oksidan oleh karena reaksi redoks Fe3+ menjadi Fe2+ yang mencetuskan senyawa superoksida dan pada akhirnya akan  menjadi radikal bebas dengan gugus hidroksil yang sangat reaktif. Struktur asam askorbat yaitu :

 

 

 

 

 

 

 

 


Jurnal pembanding yang dikutip tentang evaluasi kandungan vitamin C dalam madu randu dan madu kelengkeng dari peternak lebah dan madu perdagangan dikota semarang, mendapatkan hasil yang Hampir semua sampel mengandung vitamin C karena waktu retensi baku pembanding vitamin C berkisar antara 2,950-2,954 menit yang mendekati atau sama dengan waktu retensi semua sampel yaitu 2,888-2,966 menit. Hasil di jurnal dilihat bahwa dari duabelas sampel madu ada dua madu yang tidak mengandung vitamin C. Kadar rata-rata vitamin C pada madu randu dari peternak lebah lebih besar daripada madu randu perdagangan di Kota Semarang. Sedangkan kadar rata-rata vitamin C pada madu kelengkeng dari peternak lebah lebih kecil daripada madu kelengkeng perdagangan di Kota Semarang. Besarnya kadar rata-rata vitamin C pada madu randu dari peternak lebah dan madu randu perdagangan di Kota Semarang masing-masing adalah 0,034% dan 0,016%, sedangkan untuk madu kelengkeng dengan masing-masing adalah 0,027% dan 0,032% (budiarti, 2010).

 

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini adalah :

1.   Hasil yang diperoleh dari sampel Pulpy Orange adalah 2,183 menit waktu retensinya dengan luas area 10739321 mAU.

2.   Hasil yang diperoleh dari sampel C 1000 adalah 2,145  menit waktu retensinya dengan luas area 35149084 mAU.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Budiarti, A., Sumantri., & D. F. Istyaningrum. 2010. Evaluasi Kandungan Vitamin C Dalam Madu Randu dan Madu Kelengkeng dari Peternak Lebah dan Madu Perdagangan Dikota Semarang. Jurnal Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang Hal 10-15.

 

Cahyadi, A. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Makanan. PT. Bumi         Aksara. Jakarta. 

 

Mulyono, HAM. 2006. Kamus Kimia. PT Bumi Aksara. Jakarta.

 

Masfufatun. Widaningsih. Nur K, I. Tri R. 2010. Pengaruh Suhu dan Waktu          Penyimpanan Terhadap Vitamin C Dalam Jambu Biji (Psidium Guajava)      Universitas Wijaya Kusuma. Surabaya.

 

Khopkar, M. S. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.            Jakarta.

Mukaromah, U., S. H. Susetyorini & S. Aminah. 2010. Kadar Vitamn C, Mutu Fisik, pH dan Mutu Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus Subdariffa, L) Berdasarkan Cara Ekstraksi. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 01 (01) : 44-51.

 

Winarno, F. G. 2000. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.          Jakarta.

 

Yuliarti, N. 2007. Awas Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. UI Press. Jakarta.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar